Pernah bertandang ke Masjid Cordoba, Istana Al-Hamra, serta Masjid Rustem Pasha? Saat ini, kesan monumental yang melekat pada masjid-masjid tersebut bisa Anda rasakan hanya dengan singgah ke Masjid Rahmatan Lil Alamin.
Table of Contents
ToggleBahkan, masjid ini digadang-gadang bisa bertahan hingga puluhan abad kemudian. Mengingat proses pengerjaan bangunannya sendiri dilakukan oleh konstruktor andal dan telaten. Baik kualitas bangunan dari segi interior ataupun tatanan lingkungan yang mengelilinginya.
Mengenal Masjid Rahmatan Lil Alamin
Tempat ibadah yang berlokasi di Indramayu ini masuk dalam daftar masjid termegah di Indonesia. Maklum, tiap kali hendak melakukan pembaruan, tim perancang selalu melakukan studi banding ke kawasan Eropa, Timur Tengah, dan negara-negara lain yang punya sejarah hebat tentang Islam.
Alhasil, tak hanya memiliki konsep bangunan yang megah, tetapi juga unggul dari segi pendidikan Islam. Khususnya yang berkenaan dengan semangat belajar para generasi muda.
Keadaan pada waktu Awal Berdirinya
Dulu, sebelum ada Masjid Rahmatan Lil Alamin, para jemaah menunaikan ibadah salat wajib di Masjid Al-Hayat. Tepatnya dimulai sejak peletakan batu pertama pada tanggal 1 Januari 1999. Berhubung jumlah jemaah selalu bertambah dan melebihi kapasitas, dibangunlah masjid ini sebagai tempat ibadah yang baru.
Setelah dibangun masjid baru, fungsi Masjid Al-Hayat tidak lagi sebagai tempat ibadah. Akan tetapi, hingga sekarang lebih difungsikan sebagai perpustakaan yang memuat banyak kitab dan literatur Islam.
Kemegahan Bangunan dan Makna Filosofinya
Kekukuhan serta kemegahan masjid ini begitu terasa ketika memasuki pelatarannya. Sebab, masjid ini memiliki 7 lantai serta tinggi keseluruhan mencapai 73.123 meter. Kapasitasnya sendiri bahkan bisa menampung lebih dari 100 ribu jemaah dalam sekali waktu.
Mengapa sih jumlah lantainya ada 7? Mengapa tidak 5, 6, atau 9 saja?
Rupanya, jumlah lantai di masjid ini juga punya makna. Keenam lantai utama merupakan simbol dari adanya rukun iman. Sedangkan 1 lantai lainnya dijadikan ruang bawah tanah. Masing-masing bisa dilalui dengan lift ataupun eskalator.
Ketika menatap bagian atas, di sana ada 5 kubah utama yang masing-masing memiliki maknanya sendiri. Di antara ke-5 kubah itu, hanya satu yang memiliki ukuran terbesar. Kubah yang paling besar itu melambangkan adanya Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Sedangkan keempat kubah lain melambangkan 4 mazhab terbesar di dunia.
Pada bagian mihrab, lengkungan maqsura-nya diadopsi dari Masjid Cordoba yang begitu masyhur di kala Dinasti Umayyah masih bertakhta. Sedangkan lengkungan lain yang jumlahnya ada 4, proses pembangunannya mengadopsi seni arsitektur khas masjid-masjid di Mesir.
Perpaduan antara seni arsitektur khas Turki-Usmani dengan Fatimiyah ini memberikan kesan megah, modern, serta multifungsi. Apalagi didukung dengan adanya Pondok Pesantren Al Zaytun sebagai pusat pendidikan serta kajian Islam.
Fasilitas untuk Para Jemaah dan Santri
Dengan daya tampung hingga 100 ribu jemaah, rasa-rasanya mustahil jika masjid ini tak memiliki fasilitas yang lengkap. Selain perlengkapan untuk beribadah, masjid ini juga menyediakan kegiatan khusus untuk pembelajaran Al-Qur’an. Ada pula program pembelajaran bahasa asing. Namun lebih difokuskan di ranah pesantren.
Sistem Manajemen yang Diterapkan oleh Tim Al-Zaytun
Eksistensi masjid ini merupakan buah dari usaha bersama tim di bawah pimpinan Syaikh Al Ma’had. Tiap kali menjalankan sistem manajemen yang didasarkan pada master plan, selalu diiringi dengan semangat keimanan serta ketakwaan pada Yang Maha Kuasa.
Berkat kukuhnya sikap tersebut, proses pembangunan, pemilihan arsitek, hingga proses pemeliharaan dari waktu ke waktu bisa berjalan secara sempurna. Semua tenaga kerja yang terlibat benar-benar berasal dari kalangan profesional. Hal itu dimaksudkan agar masjid ini kelak bisa tetap menjadi pusat kegiatan keislaman di masa depan.
Sesuai namanya, mudah-mudahan Masjid Rahmatan Lil Alamin ini benar-benar memberikan karunia dan berkah untuk seluruh umat Islam. Tidak hanya untuk umat Islam di Indonesia, tetapi juga dunia.