Provinsi Aceh dikenal dengan kultur Islami yang sangat kental. Tak heran jika peovinsi berjuluk Serambi Mekah itu memiliki ratusan rumah ibadah yang berdiri megah di setiap sudut provinsi ini.
Satu di antara rumah ibadah yang terkenal di Aceh adalah Islamic Center Lhokseumawe atau yang dikenal dengan nama Almarkazul Islami Lhokseumawe. Masjid ini mengusung nuansa Timur Tengah yang kental dengan padupadan budaya lokal.
Islamic Center Lhokseumawe
Saat mengunjungi Islamic Center Lkhokseumawe, kita seakan dibawa mengenang kembali masa kejayaan Kerajaan Islam Samudera Pasai, sebuah kerajaan yang tercatat sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Memasuki areal masjid, anda akan terkagum saat menyaksikan kubah masjid yang begitu megah.
Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi pasca rusak dihantam bencana tsunami yang melanda Aceh beberapa tahun silam. Selain digunakan sebagai rumah ibadah umat Islam, Islamic Center Lhokseumawe juga difungsikan sebagai destinasi wisata yang lengkap dengan gedung serba guna, gedung pustaka, museum dan rumah tradisional Aceh, hingga sekolah.
Islamic center ini juga menyediakan fasilitas pendukung berupa wisma tamu, gerai cinderamata dan kios kuliner. Walaupun difungsikan sebagai destinasi wisata, masjid ini tetap mengutamakan kegiatan pembelajaran yang terlihat dari adanya Taman Pengajian Al-Qur’an (TPA), taman kanak-kanak, dan rumah imam besar masjid.
Tujuan Didirikannya Islamic Center Lhokseumawe:
- Menjadi pusat budaya Aceh dan sentral pembinaan umat Islam.
- Menjadi pusat dakwah dan pemberdayaan sumberdaya keislaman melalui pendidikan dan pelatihan.
- Menjadi pusat pengembangan wawasan Islami.
- Menjadi tempat layanan sosial.
- Menjadi tempat penyelenggaraan usaha dan pengembangan bisnis masyarakat lokal.
- Menjadi lansekap iconic bernuansa islami yang nyaman dan indah.
Mengulas Islamic Center Lhokseumawe tak lengkap rasanya tanpa mengetahui sejarah Kerajaan Islam Samudera Pasai. Dahulu Kota Lhokseumawe merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai atau yang juga dikenal sebagai Samudera Darussalam.
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara yang terletak di semenanjung pesisir pantai Utara Sumatera. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu yang bergelar Malik al-Shaleh pada tahun 1267 masehi. Kala itu, Sultan Malik as-Saleh ditunjuk menjadi raja pertama Samudera Pasai.
Setelah sang sultan wafat pada tahun 1297 masehi, kekuasaanya dilanjutkan oleh putera pertama beliau yang bergelar Sultan Malik at-Thahir. Kemakmuran Samudera Pasai terkenal sampai ke luar negeri, yang terlihat dari luasnya relasi kerajaan Islam ini dengan kerajaan luar.
Di masa kejayaanya, pesisir Samudera Pasai menjadi pusat niaga yang penting di kawasan Asia Tenggara, hal ini ditandai oleh kedatangan berbagai saudagar dari Tiongkok, India, Siam (Thailand), Arab dan juga Persia. Lada menjadi komoditas utama yang tersohor seantero Asia Tenggara. Samudera Pasai bahkan mengeluarkan mata uang emas Dirham sebagai alat tukar resmi kerjaan tersebut.
Jayanya peradaban Islam di bawah kesultanan Samudera Pasai pernah tercatat dalam jurnal yang ditulis oleh penjelajah dunia Marco Polo saat singgah di pulau Sumatera pada tahun 1992.
Eksistensi Samudera Pasai juga dicatat oleh seorang musafir Maroko, Abu Abdullah Ibnu Batuthah yang singgah pada tahun 1368 – 1394 di Aceh. Sejarah ini kemudian dibukukan dalam kitabnya yang bertajuk Rihlah ilal-Masyriq (Pengembaraan ke Timur).
Fasilitas Islamic Center Lhokseumawe
Masjid Agung
Di kompleks Islamic Center ini terdapat masjid agung yang terdiri dari bangunan berlantai tiga. Dua lantai digunakan sebagai area ibadah berdaya tampung kurang lebih 6000 jamaah. Satu lantai lagi digunakan sebagai areal basement.
Gedung Perpustakaan
Gedung seluas 3.662 meter persegi ini dapat menampung 250 orang. Gedung ini difungsikan sebagai pusat penelitian dan pusat referensi pengetahuan para akademisi.
Madrasah Diniyah
Terdapat dua belas ruangan belajar di Islamic Center ini. Sebagai penunjang, madrasah diniyah tersebut dilengkapi dengan dua ruangan laboratorium, dan satu ruangan perpustakaan yang mampu menampung 368 siswa.
Gedung Kesenian
Gedung berdaya tamping 2.200 orang ini difungsikan sebagai ruang serbaguna yang kerap digunakan sebagai ruang pertunjukan kesenian daerah dan olahraga.
Fasilitas Penunjang
Islamic Center memanfaatkan sebagian lahannya sebagai pusat ekonomi umat, yang terlihat dari gerai gerai makanan, kios cenderamata, butik, dan toko-toko buku.